Lotim Menjadi Basis Jepang

Jepang sepertinya menjadikan Lombok Timur (Lotim)menjadi salah satu basisnya.Inibisa dilihat dengan dibangunnya pabrik dan benteng pertahanan. Setelah masuk ke Lombok Timur, lama kelamaan Jepang mulai menunjukkan watak aslinya. Masa kemesraan antara Jepang dengan penduduk hanya berlangsung beberapa bulan. Selanjutnya, masa-masa suram menghiasi hari-hari masyarakat.
"Selama tiga tahun tidak pernah tidur tenang. Saya selalu berfikir, besok pagi siapa lagi yang akan dipukuli. Tentara Jepang memang kejam,”kenang papuq Sapar, salah satu saksi hidup pendudukan Jepang. Kala itu,pria yang kini sudah berusia seabad lebih, bekerja di pabrik kecap milik jepang di Tetebatu.
Dituturkan, Jepang membangun puluhan gudang di dataran tinggi Tetebatu dan Kembang Kuning ini.Selain itu Jepang juga membangun gudang di Lendang Marang (sekarang desa Kotaraja).Gudang-gudang yang tersebar di beberapa titik ini berjumlah puluhan. Papuq Sapar sendiri dulu pernah bekerja di bagian pembuatan kecap dan brem. Ketika penulis wawancara, pria ini masih ingat cara pembuatan kecap dan brem tersebut. Dia juga ingat posisi dimana letak gudang tersebut.
Dalam menjalankan pabriknya ini, Jepang mewajibkan setiap kepala desa untuk mengirim sepuluh orang warganya. Papuq Sapar sendiri saat itu dikirim melalui desa Rarang. Semua kepala desa diwajibkan untuk mengirim warga lelaki mereka, tak ada yang berani melanggar.Semua orang sudah tahu kekejaman Jepang.
Suatu saat, salah seorang rekan papuq Sapar,mamiq Isne pernah pulang istirahat. Ketika masuk bekerja dia terlambat datang. Pria dari Prubanyar(kecamatan Terara) tersebut lalu disuruh berdiri, dan dari arah belakang kepalanya ditutup dengan karung. Lalu beberapa tentara Jepang memukuli kepalanya dengan gagang dan sarung samurai.
"Mandi darah orangnya, dan itu tidak sekali.Ada-ada saja cara Jepang menyiksa. Tidak ada enaknya lah dengan Jepang,"kenangnya.
Sepuluh warga desa yang bekerja di pabrik kecap dan brem ini akan diroling dalam sepuluh hari. Akan datang pekerja dari desa lainnya. Selain itu, pekerja ini juga dirolling ke beberapa tempat lain. Seperti di Masbagik (di sini ada gudang, sekarang menjadi SMP Masbagik), Bangko-Bangko (benteng pertahanan di Sekotong, Lombok Barat), dan Tanjung Ringgit. Kadang pengiriman bekerja di Tanjung Ringgit dan Bangko-Bangko menjadi semacam hukuman.
Papuq Sapar bekerja selama tiga tahun di pabrik milik Jepang tersebut. Selama bekerja tersebut dia berinteraksi juga dengan tentara Jepang, di sana lah dia tahu bahwa pabrik yang dibangun di kawasan dataran tinggi ini untuk mendukung rencana Jepang menguasai Asia. Hasil pabrik tersebut dikirim ke beberapa markas Jepang lainnya di Lombok bahkan dikirim ke luar daerah.
"Minimal dua truk yang dibawa keluar dalam sehari. Sangat banyak yang kita buat,"ujarnya.
Itu yang menjadi masalah, bahan baku untuk membuat kecap dan brem ini dibeli dengan harga sangat murah dari rakyat. Jepang semau-maunya membeli hasil bumi milik rakyat dan tak jarang menyita. Dalam catatan sejarah, salah satu gudang pengumpulan bahan pangan Jepangada didesa Wanasaba.di sini ditampunghasil bumi yang dibeli dengan harga sangat murah dan dirampas dari rakyat. Belakangan, dalam perlawanan bersenjata, Wanasaba menjadi salah satu sasaran penyerbuan para patriot Lombok Timur.
"Jepang juga menjual barang-barangnya dengan murah, kata tentara Jepang itu untuk mengumpulkan uang banyak untuk perang," ujarnya.
Apakah selama di kawasan pabrik ini tentara Jepang pernahmenikah?Awalnyapapuq Sapar berat menuturkan, dia pun menceritakan bahwa tak ada wanita muda di yang luput dari nafsu tentara Jepang. Para wanita yang muda, diambil tentara Jepang. Tanpa dinikahi,selesai “dipakai” dilepas begitu saja.
"Para orang tua takut kalau punya anak gadis. Makanya banyak wanita yang dikawini muda sama orang tuanya. Jepang hanya mau yang belum kawin saja," ujarnya.
Sementara itu, di kawasan Tanjung Ringgit, Jepang membangun benteng pertahanan. Meriam menghadap ke laut, dan banyak membangun gua tempat persembunyian di kawasan ini. Papuq Asim, warga Glli Sunut menuturkan kalau setiap hari banyak pekerja yang di drop ke tempat ini. "Membuat gua,” ujarnya. Gua-gua itu pun hingga kini masih dijumpai di kawasan Tanjung Ringgit.
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin