Jepang Sembunyikan Kekalahannya, Bentuk Badan Perjuangan

07 November 2023
Administrator
Dibaca 10 Kali
Jepang Sembunyikan Kekalahannya, Bentuk Badan Perjuangan

Walaupun Jepang sudah kalah atas tentara sekutu, kabar itu tak sampai ke Lombok Timur (Lotim).Pun demikian ketika Soekarno-Hatta sudah memproklamirkan kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, Lotim belum lah merdeka. Walau sudah jelas-jelas kalah oleh tentara sekutu,Jepang masih saja tinggal di Lombok Timur (Lotim). Mereka masih menanmkan doktrin bahwa Jepang akan menjadi pemenang perang Asia Pasifik. Selain itu Jepang juga menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

Terbatasnya        sarana   informasi       jualah     yang menyebabkan,berita kekalahan Jepang tidak bisa masuk ke Lotim. Jepang bebeul-betul menutup rapat berita kekalahan mereka. Sampai suatu hari, pesawat melintas di atas Lotim dan menjatuhkan ribuan kertas. Di kertas itu tertulis jika Jepang sudah kalah dan tentara gabungan akan datang menyelamatkan rakyat Lotim.

"Orang-orang yang di sawah lari memungut kertas itu, saya lagi di Lendang Marang (masuk daerah Kotaraja) saat itu,” tutur papuq Sapar.Berita dari mulut ke mulut pun menyebar ke seantero Lotim, Jepang sudah kalah.

Ketika    Indonesia sudah memproklamirkan kemerdekaannya, Lotim baru mengetahui peristiwa tersebut pada pertengahan bulan September 1945. padahal,pada bulan Agustus 1945 dikabarkan ada empat orang perwakilan dari Lombok diundang ke Bali untuk konferensi penyerahan kemerdekaan Indonesia dari Jepang. Empat orang tersebut adalah Raden Nuraksa, Go Sin Tjong, I Nengah Metera, dan Mamiq Fadelah. Tapi, konferensi tersebut batal di laksanakan,informasi kekalahan Jepang atas sekutu sudah diketahui.Setelah perisitiwa ini, kemudia Mamiq Fadelah ditetapkan sebagai kepala pemerintahan Lombok Timur.

Informasi kemerdeakaan Indonesia makin jelas terdengar di Lombok setelah kepulangan pelajar dari Sumbawa yang sekolah di Jawa.Dicatatan sejarah, pelajar tersebut adalah Lalu Mandja. Dia menceritakan kalau di Surabaya sudah digelar rapat umum dan mengumumkan kemerdekaan RI.

"Saat tahu informasi itu bangkit rasa nasionalisme di kalangan rakyat. Ternyata kita sudah merdeka, rakyat pun mulai tidak takut lagi pada Jepang,” kata Suminggih, ketua Legium Veteran Republik Indonesia (LVRI)Lotim.

Dengan kemenangan ini, di Jakarta pemerintah membentuk badan-badan perjuangan, tak terkecuali di Lotim. Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia(PPKI) dalam sidangnya tanggal 22 Agustus 1945 membentuk Komite Nasional Indonesia (KNI), Badan Keamanan Rakyat (BKR). Setelah badan-badan ini terbentuk hingga ke Lombok, diadakanlah rapat-rapat umum untuk mengumumkan tentang kemerdekaan Republik Indonesia.

Pertama,rapat dilakukan tanggal 15 Oktober 1945 di Lapangan Mataram Lombok Barat, 16 Oktober 1945 di lapangan Praya Lombok Tengah, dan 17 Oktober 1945 di lapangan Selong Lombok Timur (sekarang dikenal dengan lapangan nasional).Rapat yang dilakukan di lapangan nasional ini diikuti ribuan rakyat Lotim. Di sini lah dikibarkan bendera merah putih.

 

Di Lotim KNI pertama kali dipimpin oleh dr Ketut Noeridja, wakil ketua RB Moedjiman, Josoep Tajib Napis, Noersana, Rasjidi, Made Gelgel,Haji Nasoedin. Sementara BKR pengurusnya adalah Mas Asno,Poetrajab, Atjih Harta, Hasan, Moh. Amin, Inang Bin Alam. Setiap saat KNI dan BKR menggelar rapat-rapat, dari rapat ini juga diputuskan untuk membentuk KNI dan BKR di tiap kedistrikan. Ini untuk lebih memudahkan informasi kemerdekaan ke seluruh rakyat.

Kedistrikan Masbagik KNI dipimpin oleh Mamiq Noersim, Lalu Sjoekoer, sementara untuk BKR dipegang oleh Moehammad, Rangga. Kedistrikan Rarang Barat di Sikur KNI dipegang R Soekro, dan BKR dipegang Abdul Hamid,Haji Abdurrahim, Lalu Deorahman. Kedistrikan Pringgabaya KNI dipimpin oleh Mamiq Muhammad, Lalu Thohir dan BKR dipimpin oleh Lalu Abdul Rahman, Lalu Wirasakti. Kedistrikan Sakra KNI dipimpin oleh Lalu Roeslan dan BKR dipimpin oleh Aroeman. Asisten Distrik Masbagik di Aikmel KNI dipimpin oleh Mamiq Ripaah, Mamiq Indra dan Yosoef sedangkan BKR dipimpin oleh Lalu Djaya, Rawisah, Abd. Rahim, Abdullah, Bapak Yah, H Abd. Rahman.